JOGLONEWS.CO, SEMARANG – Sebanyak 464 siswa dari 16 Koordonator Satuan Pendidikan (Korsatpen) di Kota Semarang antusias mengikuti perlombaan MAPSI tingkat kota. Acara ini diadakan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang di SDN Pekunden. Ada 10 cabang lomba. Di antaranya pengetahuan PAI dan PTQ, wudu dan salat, karya tulis ilmiah, keterampilan komputer, khat, tilawatil Quran, serta rebana.
Salah satu peserta lomba menyanyi duet religi asal SDN 3 Tugurejo, Marcelino Rizki Fernando Johan Saputra (11) mengaku grogi setelah tampil di atas panggung. Meski begitu, karena telah melakukan persiapan selama 2 bulan, ia mengaku bisa tampil dengan baik.
“Tadi menyanyikan lagu Masyitoh (wajib, Red,) dan lagu Perdamaian yang dipilih sama Bu Guru. Secara ngafalinnya agak susah,” ujarnya saat ditemui di Semarang, Rabu (6/9).
Sementara itu, Kepala Seksi Peserta Didik dan Pembangunan Karakter SD Disdik Kota Semarang, Parinem mengatakan, ajang itu diadakan sebagai bentuk apreasiasi seni Islami pada siswa siswi SD. Di samping itu juga untuk meningkatkan pengamalan ibadah, salat, dan belajar membaca Alquran.
“Akan ada uang pembinaan, piagam, dan piala. Lalu anak-anak yang menang akan mewakili ke tingkat provinsi pada tanggal 28-30 September di Kota Magelang,” ucapnya.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bambang Pramusinto menyampaikan dalam sambutannya bahwa para para peserta dalam ajang ini merupakan kader terbaik dari masing-masing sekolah. Sudah pasti mereka ialah pionir untuk menjadi teladan bagi siswa lainnya dan masyarakat. “Dari bakat-bakat itulah nantinya mereka bisa mengajari orang lain,” jelasnya.
Menurutnya, lomba MAPSI bukan sekedar ajang kompetisi bakat siswa. Namun juga mampu membentuk pribadi anak yang berintegritas dan peka terhadap lingkungan sekitar.Â
Seperti contohnya, suka menolong orang yang kesusahan dalam konteks pendidikan. Sebab, dengan bekal bakat-bakat itu nantinya akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat serta dapat mendukung cita-cita siswa sendiri.
“Yang pinter ngaji ngajari ngaji, selain itu juga ada rebana, cerita islami, tilawah, khutbah dan sebagainya,” demikian kata Bambang.