JOGLONEWS.CO, SEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah optimistis angka stunting di wilayahnya mengalami penurunan pada 2023. Sebab, upaya penurunan itu dilakukan secara intensif. Rencananya, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) akan mengumumkan hasil kinerja penurunan angka stunting di akhir Desember 2023 ini.
“Pada tahun 2022, posisinya di angka 20,8%. Untuk tahun 2023 belum diumumkan. Nanti kita menunggu sekitar akhir Desember. Tapi kami yakin bahwa di tahun 2023 ini akan ada penurunan,” kata Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana disela acara Evaluasi Program Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Provinsi Jateng di Hotel Novotel Semarang, Selasa(5/12).
Nana mengaku, berkomitmen akan menurunkan stunting di angka 14% sebagaimana yang diharapkan pemerintah pusat. Untuk mencapai target itu, berbagai upaya terus dilakukan oleh Pemprov Jateng, meliputi kampanye Jokawin Bocah, pemberian pil tambah darah, gerakan Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng, penyediaan jamban sehat, dan kolaborasi dengan kabupaten/ kota, terkait penguatan perencanaan anggaran.
“Makanya hampir setiap satu bulan sekali, dari BKKBN Jateng, terus melakukan langkah-langkah evaluasi,” kata Nana.
Menurutnya, salah satu kunci keberhasilan penurunan stunting adalah pengawalan dan koordinasi dari tingkat pusat hingga desa. Proses ini juga membutuhkan kolaborasi dari semua pihak, agar angka stunting turun menggembirakan.
Sementara itu, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo memuji capaian program percepatan penurunan stunting dan Bangga Kencana di Provinsi Jawa Tengah. Hasto mengaku saat ini harus mempersiapkan diri dalam upaya menyambut bonus demografi di Indonesia.
“Angka TFR (total fertility rate) di Jawa Tengah sudah 2,09 dari target 2,1. Faktor risiko stunting di Jawa Tengah dari 2021 ke 2022 ini menurun. Karena apa? Karena jambannya (masyarakat) lebih baik, sanitasi membaik, air minum lebih baik,” ungkapnya.
Menurut Hasto, Provinsi Jawa Tengah saat ini menurut telah menunjukan tren positif dalam percepatan penurunan stunting. Hal ini tampak dari capaian-capaian yang telah diraih oleh kabupaten/kota di Jawa Tengah.
“Tahapaan bonus demografi Jawa Tengah, Kabupaten Cilacap sedang berada di puncak bonus demografi, dengan rasio 43,06. Kemudian Kabupaten Banyumas 45,3 bonus demografi sedang berjalan. Rata – rata jawa tengah 43,16,” kata dr. Hasto
Begitupun angka unmetneed dan perkawinan usia dini, Hasto memaparkan bahwa saat ini Jawa Tengah terus mengarah kepada arah lebih baik.
“Kasus unmet need juga menurun. Usia perkawinan juga lebih baik di Jawa Tengah, yang tadinya di bawah 21, sekarang udah banyak mendekati usia 21. Tapi jangan kelamaan juga, sampai 35 idealnya bagi perempuan. Gerakan untuk ber-KB di Jawa Tengah ini luar biasa,” tandasnya.